Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Angkatan 2015 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Sabtu, 11 Juni 2016

EKSISTENSI BAHASA DAERAH


Nama   : Muhammad Akhyar ( Kelompok 1 Opini KATELAPO)
Tema   : Budaya Indonesia
“Eksistensi Bahasa Daerah Diera Globalisasi”
            Bahasa daerah merupakan salah satu asset kekayaan budaya terbesar yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Bahasa daerah juga bisa disebut bahasa ibu karena dengan bahasa ini dapat  menghasilkan bahasa-bahasa lainnya. Bahkan, Bahasa Indonesia pun berasal dari adopsian bahasa daerah wilayah melayu (Sumatera). Oleh karena itu, bahasa daerah menjadi suatu yang sangat sakral di Negara ini.
            Keberagaman bahasa daerah menjadikan ciri khas bangsa dimana tak semua Negara-negara di dunia memiliki jumlah bahasa sebanyak bahasa yang ada di Indonesia. bahasa daerah juga memfasilitasi warga untuk dapat berdemokrasi dalam berbahasa. Dimana setiap warga daerah berhak untuk berekspresi dengan bahasa yang ia miliki tanpa ada paksaan dan diskriminasi darin pihak lain. Kebebasan yang berlebihan dalam berbahasa nampaknya juga juga terjadi diera global seperti saat ini, dimana bahasa asing dapat masuk dan mudah diterima oleh warga Negara Indonesia. keadaan ini lambat launpun menggeser keberadaan bahasa daerah yang keberadaannya sangat vital karena ini merupakan jati diri bangsa dan daerah.
            Hal ini tentu saja patut diwaspadai sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi bahasa ibu ( bahasa daerah ) dan bahasa nasional Indonesia yang semakin terbatas ruang geraknya. Dapat kita lihat, diberbagai sudut jalanan, tempat-tempat umum bahkan dalam produk-produk pun terdapat bahasa asing yang menjadi konsumsi warga Indonesia. dengan keberadaan bahasa asing ini seakan memberikan dorongan kepada warga Negara untuk lebih mempelajari bahasa asing dan mulai menomor duakan bahasa Negara dan bahasa daerah.
            Sebenarnya bukan bahasa asing yang berpotensi mengancam eksistensi bahasa daerah, keberadaan bahasa Indonesia yang memonopoli kegiatan juga seakan membei kecenderungan dan mempercepat punahnya bahasa daerah. Namun, keberadaan bahasa Indonesia tak menjadi permasalahan yang amat besar karena warga Negara Indonesia juga mengetahui jika bahasa Indonesia adalah adalah identitas Negara. Kita justru harus berusaha agar bahasa daerah tetap berada berdampingan dengan bahasa Indonesia, karena bahasa daerah memberikan kekayaan perbendaharaan kata terhadap bahasa Indonesia, begitupun sebaliknya.
            Bambang Sudibyo, selaku Kemendikbud RI Era Indonesia Bersatu menyatakan jika sekitar 726 Bahasa Daerah yang dimiliki Indonesia saat ini mengalami ancaman kepunahan akibat Globalisasi dan Perkembangan Teknologi (suara pembaruan, tanggal 12 september 2006 ). Turunnya presentase penggunaan bahasa daerah jika tidak ditangani secara serius maka sangat dikhawatirkan untuk selalu tergerus dan punah ditengah kehingar bingaran bahasa-bahasa asing.
            Sangat disanyangkan jika penduduk muda suatu daerah tak menggunakan bahasa daerahnya lagi dalam berkomunikasi sehari-hari, mereka lebih banyak dan lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asing. Rasa gengsi mungkin menjadi salah satu alasan kenapa bahasa tak digunakan lagi oleh kaum pemuda, karena apabila menggunakan bahasa daerah maka akan terkesan ketinggalan zaman dan “ ndeso”.
            Kondisi ini diperparah dengan adanya kurikulum sekolah yang cenderung mengutamakan bahasa asing daripada bahasa daerah, dimana jumlah jam pembelajaran bahasa asing lebih banyak dari pada pembelajaran bahasa daerah. Pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa daerah pun cenderung monoton, kurang praktek dan lebih sering teori-teori. Bahkan, penulis menyayangkan jika muatan lokal ( bahasa daerah ) hanya diajarkan di jenjang sekolah dasar dan sekolah lanjut tingkat pertama. Saat memasuki jenjang SLTA bahasa daerahpun sudah tak diajarkan kembali ke peserta didik. Kondisi yang memperburuk selanjutnya adalah kondisi keluarga yng kuarng melestarikan bahasa daerah dilingkungan keluarga terutama kepada anak-anak mereka. Padahal dapat kita ketahui keluarga adalah benteng utama dalam segala hal bagi anak-anak. Apa jadinya jika bahasa daerah benar-benar punah oleh peradaban, dimana dari bahasa daerah tersebut kita dapat berkomunikasi awal namun sekarang kita tinggal begitu saja.
            Peran orang terdahulu juga sangat penting dalam pelestarian bahasa daerah. Keluarga dan sekolah selayaknya memberikan kontribusi yang lebih terhadap bahasa daerah. Seimbangkan antara penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Dalam bentuk kepedulian terhadap bahasa daerah pun muncul semboyan “ Lestarikan bahasa daerah, utamakan bahasa Indonesia, dan cukup jadi pengetahuan terhadap bahasa asing”. Terimakasih.
Share:
Lokasi: Malang, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia

3 komentar:

Mengenai Saya

Malang, Jawa Timur, Indonesia
Nama saya Muhammad Akhyar, biasa disapa Akhyar. Lahir di Lampung pada 30 Juli 1996 lalu. pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas saya tempuh di Lampung Timur, dan sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Malang. Untuk leboih dekat bisa dihubungi melalui Line id: akhyar_mhd Twitter id: @Theomhd Ig id:@akhyarar_mhd

KATEGORI

Labels